Minggu, 12 Juni 2011

Sarjanakan Anak dengan Perkutut

DALAL MUSLIMIN
PIALA - Sarjono Budi Utomo (kiri) dan Dikin, dengan beberapa piala kejuaraannya.

Sarjanakan Anak dengan Perkutut

PEKALONGAN - Meski hanya dari sekadar menekuni hobi perkutut, ternyata Sarjono Budi Utomo (57), bisa mensarjanakan ketiga anaknya. Bahkan, dia memberanikan diri keluar dari pekerjaan tetapnya di sebuah pabrik.
"Saya sering bilang sama anak saya, kalau mereka itu sarjana perkutut," kilah Sarjono Budi Utomo yang akrab dipanggil Pak Jony, sambil tertawa, saat Radar mencambangi rumahnya, Kamis (9/6) di Griya Panjang Indah Kota Pekalongan Jalan Lurik
nomor 13. Ketiga anaknya itu Soni Hastomo dan Mario Hastomo kuliah di Univ Duta Wacana Yogyakarta, dan Darius Hastomo kuliah di Universitas Atmajaya Yogyakarta.
Selain keluar dari kerjanya, dia juga pernah ingin membeli perkutut hingga harus menjual televisi dan VCD player. "Itu mau beli burung dari Magelang, hingga tidak bisa tidur tiga hari," lanjutnya.
Pak Jony kini memiliki ratusan perkutut yang diternakkannya dengan sebutan Panda Bird Farm atau akrab dengan sebutan Panda BF. Sementara untuk perkutut indukan dia menyiapkan sekitar 56 pasang, lengkap dengan burung puter 'sang pengasuh' sebanyak 25pasang.
Dia memulai ternak perkutut sekitar tahun 1990-an dengan beberapa indukan saja. Selanjutnya mulai memiliki jawara pada tahun 1993, baik juara 1, 2, hingga 3.
Menurut Pak Jony, untuk memilih perkutut yang baik, setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Seperti suara, anatomi, dan katuranggan. "Kalau ini sudah bagus
semua, maka 75 persen burung bisa baik. Tinggal cara perawatannya saja," ujar Pak Jony, suami dari Inge Setiyawati itu.
Disebutkan untuk suara harus sesuai dengan kriteria lomba. Untuk anatomi bisa dilihat dari fisik seperti sumpit, tulang, mata dan paruh. Sedangkan katuranggan, bisa dari warna bulu, gambar lurik dan lainnya.
Disamping itu, agar perkutut menjadi jawara, maka sang pemilik harus mengetahui karakter dari seekor perkutut. Mulai dari mandi, makan hingga yang lainnya, atau dengan kata lain turuti apa keinginan perkutut sehari-hari agar rajin bersuara. "Jangan burung ikut kita, tapi kita yang ngikut burung," tandasnya.
Perkutut, menurut dia, merupakan burung yang tidak pasti. Misalnya jika perkutut di rumah jelek, di lapangan belum tentu jelek, dan bisa sebaliknya. Sebab perkutut juga ada yang memiliki karakter petarung, sehingga saat digantang dia akan manggung dengan rajin. "Jadi ada yang seperti burung Murai Batu yang fighter," lanjutnya.
Bahkan untuk menyiasati perkutut memiliki mental yang baik, Pak Jony menyarankan, agar perkutut sering diajak pergi, baik dengan sepeda motor atau mobil. "Misal jika main ke rumah teman, dibawa saja untuk digantang. Nanti akan terbiasa dengan suasana jalanan," bebernya.
Panda BF juga sudah menorehkan banyak piala kejuaraan, seperti Putri Ayu yang juara dewasa di Brebes. Arjuna anakan Romo PP, pernah juara III Liga Perkutut Indonesia (LPI) tahun 2010 kelas dewasa yunior di Palembang 5 Desember 2010. Ada juga juara XII Kejurnas Cup 2010, dewasa yunior di Palembang 5 Desember 2010, juara V piyik senior Hamengkubuwono Cup 2010 di Yogyakarta 7 Agustus 2010. Juara VI Kamandaka Cup 2011, dewasa yunior 15 Mei 2011, Pahlawan Cup 2010 dewasa yunior juara IV Surabaya 14November 2010, KLH Cup Semarang 19-20 Februari 2011. "Masih banyak yang lainnya juga," imbuhnya.
Sementara ini, Panda BF akan mengorbitkan Lorenzo di kelas nasional, yang merupakan anakan Panda BF dari kandang nomor 2 dengan jantan Klasik BP 014 dan betina BDS Cirebon 355.
Pak Jony pernah rekor menjual perkututnya hingga Rp 60 juta, kepada pemilik bis Po Handoyo Magelang, yakni Prof Dr Dibyo. "Itu adalah rejeki sendiri mas," ungkapnya.
Dirinya berharap, agar P3SI Korda Pekalongan akan semakin maju semuanya. "Inginnya bisa maju semua, tapi jika sudah sampai LPI atau nasional, tergantung kekuatan masing-masing," pungkasnya. (dalal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar