Jumat, 08 Juli 2011

Sekadar Hobi, Berbuah Prestasi

KHOIRUNISA' AYU YULIASIH
LATIH - Drs H Eddiwan bersama dengan tim bersiap melatih merpatinya.

Sekadar Hobi, Berbuah Prestasi

PEKALONGAN - Drs H Eddiwan, seorang wirausaha Batik Larissa yang beralamat di Pesindon Nomor 6 dan 8 memiliki hobi burung, terutama merpati dan banyak meraih prestasi.
Drs H Eddiwan menuturkan saat ditemui Radar, Jumat (24/6), jika dirinya sudah lama menggeluti hobi burung khususnya merpati dan meraih banyak prestasi, "Saya sudah lama menggeluti hobi burung khususnya merpati. Nah, awalnya merpati balap terus beralih ke merpati tinggian. Dari hobi itu sering meraih prestasi baik dalam kota maupun luar kota. Bahkan, juga sudah sampai nasional."
Dikatakan, dia memelihara merpati menyesuaikan dengan musim. Karena, jika tidak musim, maka juga tidak ada lomba untuk meraih prestasi.
Dia memiliki hobi merpati sekitar tahun 1991. Akan tetapi, sebenarnya dia sudah menyukainya semenjak SMA. "Ya kalau senang sudah sejak SMA karena keluarga juga pada hobi pelihara burung. Tapi benar-benar menggeluti sejak tahun 1991. Waktu itu saya pelihara merpati balap. Saya mengikutsertakan lomba berupa lomba lokal sampai tahun 1995 mulai dari tingkat karisidenan hingga nasional," tuturnya.
Lebih lanjut dikatakan, merpatinya mulai mendominasi dalam setiap iven kejuaraan di beberapa kota mulai tahun 1992. Mulai dari Pekalongan, Tegal, Brebes hingga Jatibarang. "Nah waktu itu merpati balap yang meraih kejuaraan yaitu Kontesa, Nawangsari, Sekar Merah dan Pandan Sari."
Selanjutnya, tahun 1996 sudah mulai berkembang ke arena nasional, yang pada biasanya diselenggarakan organisasi Persatuan Merpati Balap Seluruh Indonesia (PMBSI). "Nah karena hal itu, saya mengikuti latihan rutin untuk merpati milik saya. Selain itu juga saya sering mengikutsertakan lomba sprint kalau hari Jumat, lomba galatama kalau hari Sabtu dan lomba jarak tempuh 500 meter kalau hari Minggu. Pas lomba yang hari minggu diikuti 16 peserta dengan dibagi melalui beberapa seri yang berurutan mulai dari A dan seterusnya. Terkadang sampai z. Disana sering terjadi perang bintang burung yang juara-juara," ungkap suami dari Kurnia Wahyuningsih.

Ditambahkan, karena merpatinya sering memperoleh juara, maka
tak sedikit pula yang menawar dengan harga mahal untuk dibeli. Padahal itu bukan untuk dijual, hanya untuk dikoleksi. Sebesar apapun tawarannya. Pernah sampai puluhan juta. "Ya saya tidak memberikan karena masih senang. Tapi kalau sudah tak senang ya saya berikan."
Pada tahun 2007, dia beralih ke merpati tinggian karena prestasi merpati balap miliknya mulai menurun, kalah dengan kota lain. "Ya kalah modal juga. Kan merpati balap itu dilihat dari beberapa faktor mulai dari darah harus bagus, mental juara, perawatan bagus, tempat bagus, makanan bagus hingga suplemen bagus. Nah merpati tinggian saya juga meraih juara 3 kali dari 4 kali lomba. Juaranya yaitu Juara I oleh Perak, juara 2 oleh kembang kertas dan juara 3 oleh iblis," ucap pria kelahiran tahun 1957.
Ditambahkan jika dirinya ingin kedepannya bisa lebih baik lagi pengelolaan perlombaan, "Saya ingin agar kedepannya pengelolaan dapat lebih baik lagi. Memang sih sudah sering diadakan iven lomba. Namun kurang mendukung dari segi sponsor," pungkasnya. (ap1/ap2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar