Selasa, 17 Mei 2011

100 Perkutut, Tidak Sama

DALAL MUSLIMIN
GANTANGKAN - M Nasir, pemilik Sovin Bird Farm (SBF) saat akan menggantangkan burungnya.

100 Perkutut, Tidak Sama
*Sovin BF Andalkan Zamrud

PEKALONGAN - Klau...ketek..ketek..ketek..kuung..., siapa yang tak kenal dengan suara khas burung yang satu ini. Ya, burung perkutut sudah menjadi primadona bagi masyarakat luas di Indonesia, karena merdu suaranya. Bahkan dari 100 perkutut, suaranya tidak akan sama, satu dengan lainnya.
Demikian dikatakan M Nasir, pemilik Sovin Bird Farm (SBF) yang berlamat di Pekuncen nomor 26 RT 1 RW 2 Wiradesa atau sebelah timur SMP 1 Wiradesa Pekalongan, dari jalan raya masuk ke utara sekitar 50 meter. "Seratus burung perkutut tidak sama, ada kelebihan sendiri-sendiri, baik untuk suara depan, tengah dan belakang," ungkapnya membuka obrolan dengan Radar Pekalongan saat berkunjung.
Dijelaskan, jika penilaian suara/anggung perkutut terdiri dari 5 kriteria, yaitu suara depan, suara tengah, suara ujung, irama, dan dasar/latar suara. Suara perkutut dinyatakan berkualitas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut,
suara depan panjang, mengayun, dan bersih. Suara tengah, bertekanan, lengkap, dan jelas. Suara ujung, bulat, panjang, dan mengayun. Dengan irama senggang, lenggang, dan indah.
Sementara memiliki dasar suara tebal, kering, dan bening.
Jika masing-masing kriteria suara itu sempurna, maka setiap subkriteria akan mencapai nilai maksimal 3, 3, 3 menjadi jumlahnya 9 poin. Sehingga total dari kelima kriteria tersebut 9, 9, 9, 9, 9 adalah 45 poin. Dan diberikan tanda bendera koncer 5 warna. "Jika sudah memiliki nilai 9 sebanyak dua, maka bisa saja juara," imbuhnya.
Untuk saat ini, jelasnya, Sovin BF yang sudah berdiri sejak 1985, mengandalkan keturunan dari Zamrud dan Satria, yang sudah memiliki trah juara, seperti di Gunung Jati Cup Cirebon. Jantan Zamrud diambil dari Wik Balero N831, yang merupakan keturunan Leo Starone N3114 dengan Leo Petronin N9615. Sementara betina Zamrud adalah HAM Tiger Wood N403 yang merupakan anakan TKD Virgo Star N1750 dan Leo Master N4171. "Terakhir ini sudah anak tetas ke-20 dan sekarang masih mengeram lagi," terangnya. Salah satu anakan Zamrud yang berprestasi seperti anak ke-9 dengan ring SBF 885 pernah juara hanging 8 di Cirebon, sementara ring SBF N884 pernah juara yunior di Tegal dan Semarang.
Meski begitu, tambahnya, burung perkutut tidak bisa ditebak anakannya, karena semua itu hanya sebatas usaha dari manusia untuk menghasilkan anakan yang bagus dengan metode perkawinan silang. "Anakan perkutut tidak bisa diprediksi. Jadi, main burung kalau mau kaya bisa kaya sekalian, dan jika hancur bisa hancur sekalian," beber Nasir, panggilan akrabnya.
Menurutnya, keberhasilan bisnis ternak perkutut terletak pada usaha perkawinan silang dari indukan yang baik dalam arti memiliki suara yang istimewa atau trah darah yang jelas. Sebab dengan trah yang jelas, maka dapat diperkirakan kualitas anakan yang akan muncul. "Harus pintar nyilang terus. Trah darah dan suara menentukan sekali," ujar pensiunan dari dinas pendidikan tahun 2007 itu.
Disamping itu, agar sukses dalam bisnis itu dirinya menekankan kejujuran sehingga akan memberikan hasil yang tinggi, baik bagi dirinya maupun bagi pembeli lain. "Selama ini berkah alhamdulillah, bisnis perkutut yang penting jujur, terbuka dan apa adanya," terangnya.
M Nasir sebelum menjadi penghobi perkutut, pernah bermain dan ternak burung ocehan, namun semua itu tidak berlangsung lama karena tidak begitu berhasil. "Cucakrawa pernah ternak, tapi kurang dan ribet pakannya. Tidak seperti perkutut yang mudah perawatan dan pakannya," lanjutnya.
Selain itu, imbuhnya, beternak perkutut selain memiliki manfaat bisnis, juga memberikan banyak manfaat lain, seperti banyak teman dari berbagai kalangan masyarakat dan menjalin silaturahmi kung mania yang tergabung dalam Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI), khususnya Koordinator Daerah (Korda) Pekalongan.
SBF sendiri menawarkan burung perkututnya mulai dari kisaran Rp 60 ribu, hingga yang juara mencapai Rp 5 jutaan. Bahkan pernah sepasang perkututnya dilepas kepada orang Jakarta, Drs Sunardu seharga Rp 7,5 juta yang memiliki trah juara 1 di Pekalongan tahun 2003.
Dari bisnis perkututnya, M Nasir dan istrinya Sofiah yang dikaruniai dua anak, dapat menyekolahkan anaknya, yakni Fina Yuni Fajriyatin yang lulus STAN tahun 2006 kini bekerja di Depkeu Jakarta, dan Fiqih Naila Fikar yang duduk di kelas 11 IPA1 SMA 1 Wiradesa. "Anak pertama kuliah di STAN, sedangkan anak kedua masih di SMA Wiradesa," imbuhnya.
Dirinya berharap, agar P3SI Korda Pekalongan semakin maju dengan sering mengagendakan latihan berhadiah yang bisa dijangkau kung mania. "Kira-kira pendaftaran Rp 30 ribu untuk meramaikan perkutut, agar guyub dan banyak pecinta perkutut yang gabung," harapnya. Disamping itu, imbuhnya, P3SI semoga bisa memotivasi pecinta perkutut agar semakin ramai lagi dengan merangkul pecinta perkutut agar aktif ke lapangan untuk latihan. (dalal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar